Puisi-Puisi Hermann Hesse 2

SERBA FANA

Dari pohon hidupku,
daun demi daun gugur,
O dunia aneka ragam,
Kau membosankan daku,
Kau membosankan dan menjemu,
Kau memabuk daku!
Yang kini masih bernyala,
Tak lama padam,
Tak lama angin mendesir,
Di atas kuburku jingga,
Di atas sang bayi kecil
Sang ibu nekurkan kepala,
Ku mau lihat lagi matanya,
Pandangnya adalah bintangku,
Segala lain boleh penyap dan pupus,
Segala mati,semua suka mati
Hanya sang ibu abadi yg tinggal,
Pangkal kita semua,
Jarinya sambil bermain,menulis
Nama kita di udara kelak.
***


MALAM MUSIM DINGIN

Lidah api berkerlip-kerlip di cerobong pemanas
Di seberang jendela langit kelabu dan gumpalan salju jatuh
Melewati kepayahan menuju malam dukacita
Musim panas yang lewat merembet gaungnya

Sekarang aku berterima kasih pada masa kanak-kanakku
Dongeng-dongeng yang lama terlupakan berhamburan
Suara lonceng dan sepatu perak
Anak Tuhan berjalan menyeberangi malam yang putih

***




Hermann Hesse (lahir 2 Juli 1877 – meninggal 9 Agustus 1962 pada umur 85 tahun) ialah penyair, novelis, dan pelukis Jerman-Swiss. Pada 1946, ia menerima Penghargaan Nobel dalam Sastra. Karya terkenalnya ialah Steppenwolf, Siddhartha, dan The Glass Bead Game (juga dikenal sebagai Magister Ludi).
Pada 1943 karya-karya Hesse dimasukkan dalam daftar terlarang oleh Nazi. Setelah menerima Nobel Hesse tak lagi menerbitkan karya besar. Pada 1945 sampai 1962 dia menulis sekitar 50 puisi dan 32 ulasan, yang sebagian besar untuk koran-koran di Swiss. Hesse meninggal pada 9 Agustus 1962 di usia 85 tahun. Pada 1960-an dan 1970-an Hesse menjadi tokoh pujaan para pembaca muda. Pada 1969 sebuah kelompok musik rock California mengambil judul novel Hesse, Steppenwolf, sebagai nama band mereka, dan merilis ‘Born to be Wild.’ Buku-buku Hesse mendapat perhatian besar dari pembaca gerakan New Age, dan dia masih menjadi salah seorang penulis Jerman yang paling laris di seluruh dunia.

Tags: