Mewahnya King Salman, Kenangan Soekarno dan Masa Depan Indonesia

0

Apa yang kita dapat dari hingar bingar kunjungan Raja Arab Saudi, Salman bin Abdulaziz al-Saud, ke Indonesia? Terpana oleh aneka fasilitas mewah yang dibawa rombongan Kerajaan Arab Saudi? Terperanjat oleh jubah termahal berlapis emas berharga belasan miliar yang dikenakan King Salman? Tergiur oleh tawaran investasi ratusan triliun di Indonesia?

Perhatianku justru tak ada yang tertuju pada semua itu, tapi malah bertanya-tanya sendiri terkait
kondisi negara-negara tetangga Arab Saudi di Timur Tengah yang carut marut oleh peperangan tiada henti. Benar, keakraban Indonesia - Arab Saudi harus terus dijalin. Persahabatan dua negara itu sudah dirintis oleh Presiden RI Soekarno. King Salman sendiri masih menyimpan kenangan tentang kunjungan Soekarno ke Arab Saudi pada dekade 1950-an lalu. Di luar dugaan, saat berkunjung ke Istana Merdeka lalu, King Salman malah kelihatan "mesra" dengan Megawati Soekarnoputri dan Puan Maharani sampai ada aksi selfie.


Harus diakui bahwa kerjasama Indonesia - Arab Saudi perlu ditingkatkan terus. Terlebih, Indonesia - sebagai negara Islam terbesar - punya ikatan batin kuat karena warga Indonesia yang ingin menjalan ibadah haji harus datang ke Arab Saudi. Namun, di balik ikatan persahabatan kedua negara itu, kita harus banyak berkaca lagi pada sejarah, lalu mengeja lagi mimpi masa depan bangsa Indonesia sendiri. Soalnya, kondisi Arab Saudi sendiri kini sedang dibayangi oleh defisit anggaran. Namun di sisi lain Arab Saudi juga rajin belanja alat perang yang super mahal. Yang membuat aku heran, di balik rencana investasi ratusan triliun ke Indonesia itu, ternyata masih ada korban crane dari Indonesia yang ingin menagih janji pembayaran santunan. Kenapa bisa demikian?

Di luar itu, masih banyak tanda tanya lain. Di antaranya; kenapa Arab Saudi justru kurang solid dengan negara Timur Tengah, yang nota benenya termasuk tetangga dekat? Sebaliknya, Arab Saudi malah seperti punya hubungan "mesra" dengan tuan besar Amerika Serikat. Yang memprihatinkan,
api peperangan di Timur Tengah yang melibatkan Amerika Serikat seperti tak berkesudahan, tapi malah makin berlarut-larut dan makin pelik.

Apakah konflik di Timur Tengah didasari oleh masalah agama? Sepertinya bukan soal agama yang melatarinya, tapi cenderung hanya soal rebutan kekayaan dan kekuasaan. Namun mungkin banyak yang tahu bahwa dewasa ini ada pihak-pihak tertentu yang menggunakan propaganda agama untuk memicu konflik.

Nah, dari hingar-bingar kunjungan Raja Arab Saudi ke Indonesia ini.. mari kita tengok lagi wajah Bangsa Indonesia sendiri. Dulu, ketika Soekarno berkuasa, punya tekad kuat untuk membuat Indonesia berdikari. Soekarno menolak investasi asing dan pilih rajin menyekolahkan orang Indonesia keluar negeri. Harapannya, mereka yang sekolah keluar negeri bisa pulang ke tanah air dan mengolah sumber daya alam sendiri untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat Indonesia. Sayangnya, sebelum harapan terwujud, Soekarno dilengserkan.

Pertanyaanya, siapa yang menjatuhkan Soekarno saat itu? Setelah itu, kenapa ada "perampokan" besar-besaran terhadap sumber daya alam Indonesia, sementara kesejahteraan rakyat hanya jalan di tempat? Hayo, siapa yang kini kaya raya dari hal itu? Yang menyedihkan, kini malah ada yang mau coba-coba menggoyah NKRI dengan isu agama/SARA. Hayo, siapa yang akan berbuat nakal lagi dengan adu domba atas nama agama/SARA?

Untuk itu, mari kita berkaca diri lagi dengan pikiran yang jernih untuk menata lagi Bangsa Indonesia yang sangat kaya raya ini. Jika dibanding Arab Saudi, negara kita jauh lebih kaya raya. Negeri ini sangat subur dan menyimpan banyak bahan pangan maupun mineral. Kalau kita hanya ribut melulu karena ada adu domba atas nama agama/SARA, maka yang suka adalah negara-negara luar yang tergiur oleh syurga bernama INDONESIA. Bila Indonesia pecah berantakan seperti yang dialami Uni Soviet, tentunya mereka akan dapat merebut syurganya INDONESIA ini.

Akhir kata, mari kita menata diri lagi dengan mengerahkan segala kecerdasan agar kekayaan alam Indonesia dapat diolah untuk kesejahteraan rakyat, seperti yang dicita-citakan para pendiri bangsa.

Posting Komentar

0Komentar

Posting Komentar (0)