Sejarah Islam di Nusantara dan Omong Kosong Islamofobia

0
Diksi Islamofobia (baca: ketakutan pada Islam) belakangan ini kerap dipakai para politisi Indonesia menjadi senjata untuk mencari simpati publik. Tujuannya sangat jelas, hanya demi mencari jabatan politik. Diksi kriminalisasi ulama dan pemerintah anti Islam, juga kerap dipakai pihak tertentu untuk mendelegitimasi pemerintah era Presiden Joko Widodo. Namun jika menyimak akar sejarah bangsa dan realitas obyektif Indoonesia hari ini, penggunaan diksi Islamofobia, kriminalisasi ulama maupun pemerintah anti Islam, hanya jadi omong kosong semua atau hoax belaka. Kenapa?

Fakta membuktikan, masyarakat multikultural Indonesia telah hidup berdampingan bersama umat muslim maupun non muslim dengan penuh toleransi sejak dulu. Bahkan, masyarakat muslim dan non-muslim bersatu bersama Soekarno untuk mengusir para penjajah. Fakta lain membuktikan, kebijakan-kebijakan pemerintah sangat responsif terhadap aspirasi umat muslim. Kriminalisasi ulama juga tak ada karena fakta yang terjadi adalah banyak pelaku kriminal yang mengaku ulama. Bila ingin memahami dengan utuh potret Islam di Indonesia yang sesungguhnya, ada baiknya membaca buku-buku sejarah yang disusun dengan basis akademik. Salah satunya buku berjudul "Sejarah Islam di Nusantara" tulisan Michael Laffan, Profesor Sejarah di Universitas Princenton.

Fakta sejarah menunjukkan, agama Islam tidak dilahirkan di Indonesia. Tapi fakta juga membuktikan, justru Indonesia yang tumbuh menjadi negara dengan jumlah penduduk muslim terbesar di dunia. Dengan kata lain, politisi Indonesia yang sering memakai diksi Islamofobia untuk mencari simpati, bisa disebut sebagai politisi busuk yang asal bunyi. Kalau di Indonesia ada Islamofobia, mana mungkin Indonesia bisa tumbuh jadi negara berpenduduk muslim terbesar di dunia. Yang mengherankan, negara-negara Arabic kini justru banyak yang dilanda konflik yang tak berkesudahan seperti yang terjadi di Afghanistan, Yaman, Suriah dan lain-lain.

Sebaliknya, warga Timur Tengah dan para peneliti sejarah, justru banyak yang kagum pada Indonesia yang bisa tumbuh menjadi negara yang sangat multikultural, baik agama, suku-ras maupun budaya. Bagaimanakah cara agama Islam bisa masuk dan berkembang di antara suku dan budaya yang beragam di Indonesia? Pertanyaan inilah yang bisa menggerakkan Michael Laffan, Profesor Sejarah di Universitas Princenton, untuk meneliti proses tumbuhkembangnya Islam di Indonesia yang memiliki corak dan ciri khusus. Hasil penelitiannya kemudian ditulis dalam buku berjudul "Sejarah Islam di Nusantara".

Dalam buku ini, Michael Laffan mereka ulang sejarah interaksi dan diskusi ihwal Islam di Asia Tenggara, khususnya Indonesia. Islam di Indonesia kerap digambarkan bersifat moderat berkat peran yang dimainkan Sufisme mistis dalam membentuk pelbagai tradisinya. Menurut para pengamat Barat—mulai dari para administrator kolonial, para cendekiawan orientalis Belanda, hingga para antropolog modern seperti Clifford Geertz—penafsiran Islam yang damai ala Indonesia terus-menerus mendapat ancaman dari luar oleh tradisi-tradisi Islam yang lebih keras dan intoleran.

Michael Laffan juga menyusuri bagaimana citra populer mengenai Islam Indonesia dibentuk oleh berbagai perjumpaan antara para cendekiawan kolonial Belanda dan para pemikir Islam reformis. Tak berhenti sampai di situ, Laffan juga menyuguhkan peran-peran tradisi Arab, Cina, India, dan Eropa yang telah saling berinteraksi sejak awal masuknya Islam. Hasil perkawinan lintas budaya dan intelektualitas inilah yang kemudian melahirkan Islam Nusantara.

Pendek kata, buku Michael Laffan sudah banyak dibaca berbagai kalangan dan banyak mendapat apresiasi. "Sejarah Islam Nusantara merupakan kontribusi keilmuan yang mengesankan dan penting, mengandung informasi berlimpah dan sudut pandang kritis bagi para cendekiawan dan peneliti yang sebidang,” kata Christina Sunardi, American Journal of Islamic Social Sciences. "Buku ini merupakan sumbangsih besar bagi Islam di Indonesia,” kata Barbara Watson Andaya, co-writer A History of Malaysia.

Akhir kata, tidak ada Islamofobia di Indonesia. Yang ada hanya, warga yang menolak kelompok intoleran karena rajin membuat reseh dan merusak bangunan multikultural di Indonesia. Kelompok intoleran pendukung radikalis anti Pancasila inilah yang sedang dilawan warga Indonesia untuk menjaga keutuhan NKRI.



DOWNLOAD BUKU "Sejarah Islam di Nusantara"

Tags:

Posting Komentar

0Komentar

Posting Komentar (0)