*PUISI SUTRISNO BUDIHARTO
Antara Bangkalan-Tanjung Perak
ada bulan di atas kapalku
ada angin mengkoyak-koyak kulitku
ada sepi melipat-lipat hatiku
Oh laut,… akan kau bawa kemana lagi diriku,
kapankah kubisa berlabuh seperti kapal-kapal Tanjung Perak itu?
akankah aku menjadi kapal-kapal tanpa pelabuhan?
padahal, jiwaku sudah kian berkarat bersama sekrup-sekrup kapalku.
Antara Bagkalan-Tanjung Perak
kapalku melintas begitu saja
tanpa pernah tahu pelabuhanku di mana
jiwakupun semakin berkarat
padahal, gelombang badai selalu menunggu
***
[Madura-Surabaya, Mei 2000]
Antara Bangkalan-Tanjung Perak
ada bulan di atas kapalku
ada angin mengkoyak-koyak kulitku
ada sepi melipat-lipat hatiku
Oh laut,… akan kau bawa kemana lagi diriku,
kapankah kubisa berlabuh seperti kapal-kapal Tanjung Perak itu?
akankah aku menjadi kapal-kapal tanpa pelabuhan?
padahal, jiwaku sudah kian berkarat bersama sekrup-sekrup kapalku.
Antara Bagkalan-Tanjung Perak
kapalku melintas begitu saja
tanpa pernah tahu pelabuhanku di mana
jiwakupun semakin berkarat
padahal, gelombang badai selalu menunggu
***
[Madura-Surabaya, Mei 2000]