Dampak Erupsi Kelud 2014 Mirip Erupsi 1919

Erupsi Gunung Kelud yang terjadi pada 13 Februari 2014 mirip erupsi Gunung Kelud pada tahun 1919. Hal itu dapat diketahui dari laporan Carl Wilhelm Wormser (1876-1946), salah satu saksi mata erupsi Gunung Kelud pada tahun 1919. Suasana pasca erupsi Gunung Kelud tahun 1919 dan 2014 ini sama-sama diwarnai hujan abu dan batu hingga matahari seperti hilang akibat tertutup abu vulkanik.


Dampak erupsi Gunung Kelud pada 20 Mei 1919 tercatat dalam laporan Carl Wilhelm Wormser (1876-1946), pejabat Pengadilan Landraad di Tulung Agung (masa kolonial Belanda), yang menjadi saksi mata bencana alam tersebut. Seperti ini catatan laporan Carl Wilhelm Wormser yang diterjemahan oleh Olivier Johannes:

Musibah Alam 1919:
Pukul siang 20 Mei 1919, tiba-tiba langit gelap. Hilangnya matahari membuat semua yang hidup menjadi takut dan gentar. Hujan abu dan batu yang turun. Para penduduk desa di lereng gunung berusaha menyelamatkan apapun yang dapat diselamatkan: harta dan jiwa dan hewan peliharaan. Semuanya berlarian menghindari kekerasan alam. Lari! Lari kemanakah dirimu? Bernafas semakin sulit. Udara semakin mencekik semua yang bernafas. Bunyi desiran semakin dekat dan kuat. Banjir! Lahar! 

Aliran lahar menghancurkan semuanya dan mengganggu jalan keluar untuk manusia. Bangunan dan pepohonan besar patah menjadi kecil-kecil bak korek api. Kawah memuntahkan lahar dan abu dan disertai awan gas beracun. Bayangan sang Maut melakukan pembantaian dan penjarahan. Hutan, tanah dan sawah ditutup kain kafan berwarna abu-abu. Belasan desa raib dari peta bumi. Ribuan korban jiwa dikubur hidup-hidup. Gunung Kelud meletus !

Foto hasil repro Olivier Johannes

Seperti diketahui, berdasar pengumuman Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), status kegiatan Gunung Kelud dinaikkan dari SIAGA (level III) menjadi AWAS (level IV) pada pukul 21:15 WIB 13 Februari 2014. Masyarakat di sekitar Gunung Kelud tidak diperbolehkan melakukan aktivitas dalam radius 10 km dari kawah aktif puncak Gunung Kelud. Namun, tak lama kemudian Gunung Kelud akhirnya meletus beberapa kali. Letusan pertama terjadi pukul 22.55 WIB.

Pada   letusan ketiga pukul 23.23 WIB, petugas vulkanologi mulai meninggalkan pos pemantau Gunung Kelud. Pada letusan kelima pukul 23.36 WIB, hujan batu/kerikil dilaporkan sampai di daerah Pare, Kediri. Kemudian pada letusan ketujuh pukul 23.55 WIB, hujan krikil dilaporkan sampai di Malang. Sedang pada letusan kedelapan  pukul 00.05 WIB, hujan kerikil dilaporkan sampai ke Pace, Nganjuk. Tapi pagi harinya, 14 Februari 2014, hujan abu vulkanik ternyata menyebar ke berbagai daerah. Matahari seperti hilang karena langit berubah warna menjadi abu-abu. Namun sampai sejauh ini belum diperoleh laporan rinci mengenai dampak buruk dari awan panas maupun lahar dari Gunung Kelud.

[ @SutBudiharto ]
Tags: