GNPF MUI Akhirnya "Takluk" di Istana Merdeka?

0
Gerakan Nasional Pengawal Fatwa Majelis Ulama Indonesia (GNPF MUI), yang sebelumnya tampak kurang bersahabat dengan Presiden Joko Widodo, tiba-tiba datang ke Istana Merdeka, tepat di Hari Raya Idul Fitri pada 25 Juni 2017. Sebanyak tujuh perwakilan GNPF MUI sempat melakukan pertemuan khusus dengan Presiden Joko Widodo selama 20 menit di tengah kegiatan open house yang digelar di Istana Merdeka. Menariknya, dalam moment ini GNPF MUI juga menyampaikan apresiasinya terhadap pemerintah dan menyatakan mendukung kebijakan pemerintah. Apakah ini pertanda GNPF MUI sudah "takluk" di Istana Merdeka dan tak akan "melawan" Presiden Joko Widodo?

Presiden Jokowi sedang menemui tokoh GNPF MUI
Pertanyaan di atas hanya bisa dijawab oleh para tokoh GNPF MUI sendiri. Yang pasti, sejumlah tokoh GNPF-MUI memang benar-benar telah menghadap ke Istana Merdeka untuk menemui Presiden Joko Widodo. Tokoh GNPF-MUI yang telah menghadap Presiden Joko Widodo antara lain  Bachtiar Nasir (Ketua GNPF-MUI), Zaitun Rasmin (Wakil Ketua Umum GNPF-MUI) dan Kapitra Ampera (Tim advokasi GNPF-MUI). Usai melakukan pertemuan dengan Presiden Joko Widodo,  Bachtiar Nasir telah menyampaikan pernyataan bermuatan pujian kepada pemerintah. Bahkan, Nasir juga memuji upaya Presiden Jokowi dalam keberpihakan untuk ekonomi kerakyatan. “Hal yang cukup bagus adalah bagaimana kita dengar sekian belas juta hektar tanah diperuntukkan untuk masyarakat,” ujar Nasir.

Pertanyaan yang muncul kemudian; kenapa Presiden Joko Widodo harus bersedia menerima GNPF MUI? Padahal, sebelumnya, GNPF MUI bisa dikatakan tidak bersisikap ramah terhadap pemerintahan Joko Widodo karena sering melakukan aksi demo berseri-seri, seperti yang ditunjukkan dalam Aksi 411, aksi 212 dan lain-lain. Apakah sikap Presiden Joko Widodo yang suka rela menerima kehadiran GNPF MUI itu merupakan kekeliruan dan bagian dari kelemahannya? Mungkinkah Presiden takut akan ada aksi-aksi demo berseri lagi hingga harus bersedia menerima kehadiran GNPF MUI di Istana Merdeka?

Jika melihat karakter pemerintahan saat ini, Saya berani tegaskan bahwa Presiden Joko Widodo tidak pernah takut terhadap GNPF MUI yang pernah menggelar aksi demo berseri-seri tersebut. Jika dibandingkan dengan karakter pemerintahan presiden sebelumnya, baru pada pemerintahan Jokowi inilah yang berani bersikap terbuka dengan memperbolehkan aksi unjuk rasa di depan Istana Merdeka. Pada pemerintahan sebelumnya, keterbukaan semacam itu merupakan barang langka. Apakah pada masa pemerintahan SBY lalu pernah memperbolehkan aksi unjuk rasa di depan Istana Merdeka? Pada masa Orde Baru lebih mengerikan lagi sikap protektifnya pemerintah, jangankan demo di depan Istana Merdeka, bersikap kritis terhadap pemerintah saja bisa ditangkap.

Pendek kata, jika dibandingkan dengan pemerintahan sebelumnya, Presiden Joko Widodo merupakan presiden yang paling berani membiarkan adanya aksi-aksi unjuk rasa, meski harus disertai menutup jalan di depan Istana Merdeka. Karena itu, Saya berani tegaskan bahwa Presiden Joko Widodo tidak pernah takut terhadap GNPF MUI. Kalau pada Lebaran ini Presiden Jokowi bersedia menerima kehadiran GNPF MUI di Istana Merdeka, hal itu bukan sebuah kelemahan tapi justru menandakan bahwa Presiden Joko Widodo memang memiliki kecerdasan spiritual yang kuat. Kecerdasan spiritual semacam itu tidak akan pernah muncul dari pemimpin otoriter yang anti demokrasi. Kecerdasan spiritual semacam itu juga tidak akan pernah muncul dari pemimpin yang memiliki keimanan agama yang lemah.

Perlu dicatat pula, di luar kecerdasan spiritualnya, Presiden Joko Widodo juga memiliki karakter yang dipengaruhi oleh budaya Jawa. Secara kultural, masyarakat Jawa dikenal sangat terbuka dan adaptif terhadap aneka keberagaman yang dimiliki tanah air Indonesia. Dalam hal berpakaian mislanya, masyarakat Jawa tidak pernah memasang senjata kerisnya di bagian depan tubuhnya. Apakah keris orang Jawa pernah dipasang di bagian depan tubuhnya? Di luar suasana perang, orang Jawa selalu meletakkan senjatanya di bagian belakang tubuhnya. Artinya, karakter kultural orang Jawa itu cenderung rendah hati dan tidak agresif. Karena itu, sangat wajar, ketika GNPF MUI mengontak Menteri Agama Lukman Hakim Saifudin  meminta ingin bersilaturahmi dengan Presiden Joko Widodo, hal itu juga mendapat tanggapan terbuka dari Presiden Joko Widodo. 'loh ini kan open house, ya siapa saja kita tunggu," kata Presiden seperti ditirukan Menteri Sekretaris Negara Pratikno dalam siaran pers.

Ketika Presiden Jokowi menerima kehadiran GNPF MUI, sejumlah menteri Kabinet Kerja juga ikut hadir untuk mendampingi Presiden. Mereka adalah Menteri Sekretaris Negara Pratikno, Menteri Agama Lukman Hakim Saifudin dan Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan Wiranto. Lantas, setelah melakukan pertemuan dengan Presiden itu, apakah GNPF MUI tak akan menggerakkan aksi demo berseri-seri seperti yang pernah digelar sebelumnya? Sekali lagi, pertanyaan di atas hanya bisa dijawab oleh GNPF MUI sendiri.

Kalau toh GNPF MUI ingin menggerakkan aksi demo berseri-seri lagi, Saya kira pemerintahan yang dipimpin Presiden Joko Widodo tak pernah takut menghadapi. Silakan saja GNPF MUI menggelar demo  berseri-seri lagi, tapi jangan pernah merusak kebhinekaan Indonesia yang telah dibangun para pendiri bangsa ini. Silakan saja GNPF MUI menggelar demo  berseri-seri lagi, tapi jangan pernah meminta Presiden Jokowi untuk melakukan intervensi atas proses hukum yang sedang dihadapi Rizieq Shihab maupun tokoh GNPF MUI. Sebab, kalau kehadiran GNPF MUI itu sampai meminta Presiden untuk melakukan penghentian proses hukum yang sedang berjalan, apa kata dunia nanti? (***)

Posting Komentar

0Komentar

Posting Komentar (0)