Babak Baru Kasus Saracen: Dari Asma Dewi hingga Sadisnya "Politisasi Agama" Pilkada


Tembongkarnya sindikat Saracen sebagai "pabrik" ujaran kecencian dan SARA, memasuki babak baru setelah Direktorat Tindak Pidana Siber, Bareskrim Mabes Polri meringkus aktor Tamasya Al-Maidah, Asma Dewi. Selain diduga mengalirkan dana kepada Saracen, Asma Dewi juga diduga melakukan kegiatan yang dinilai melanggar UU ITE.

Apakah aktivitas sindikat Saracen berkaitan dengan Pilkada DKI Jakarta lalu? Belum ada keterangan resmi dari polisi. Sementara ini polisi sudah menemukan bukti transfer dana dari Asma Dewi kepada bendahara Saracen dan masih akan melakukan pengembangan lagi.

Yang pasti, dalam akun facebook Asma Dewi ternyata banyak terdapat postingan foto kegiatan yang menunjukkan keakrabannya dengan Prabowo, Fadli Zon, Anies Basweden, Sandiaga Uno, Buni Yani dan sejumlah tokoh lain. Foto keakraban Asma Dewi dengan para tokoh tersebut kini sudah banyak beredar dan menjadi viral di media sosial.
 

Di sisi lain, dari foto-foto aktivitas Asma Dewi yang dipasang dalam facebooknya, memang banyak mengarah pada pendukungan salah satu calon Pilkada DKI Jakarta. Namun sampai sejauh ini polisi belum mengungkap apakah dalam pemenangan Pilkada DKI Jakarta yang dilakukan Asma Dewi lalu terdapat bukti yang terkait langsung dengan  aktivitas Saracen sebagai "pabrik" ujaran kebencian dan SARA.

Asma Dewi,  Saracen dan Pilkada DKI Jakarta
Boleh jadi, kasus Saracen ini masih berpotensi menimbulkan kehebohan-kehebohan lain lagi. Masalahnya, ujaran kebencian yang pernah beredar pada masa Pilkada DKI Jakarta kini bermunculan lagi. Salah satunya, video seorang wanita mirip Asma Dewi yang berteriak; "Bunuh Ahok..."



Dalam akun facebook pegiat Saracen sendiri juga terdapat ajakan untuk menyukseskan Pilkada DKI Jakarta. Anehnya, semenjak polisi membongkar sindikat Saracen, postingan Asma Dewi dalam facebooknya mulai menunjukkan kegelisahan. Sebelum ditangkap Tim Mabes Polri, Asma Dewi, pernah memposting tulis sekitar Saracen dan MCA yang cukup panjang.

Seperti postingan Asma Dewi soal Saracen dan MCA:


Pembelajaran Untuk Pilkada 2018
Semoga saja, polisi dapat mengungkap kasus Saracen sampai tuntas sebagai pembelajaran bagi bangsa Indonesia yang akan melakukan Pilkada serentak lagi pada tahun 2018 nanti. Jika menyimak pelaksanaan Pilkada DKI Jakarta lalu, sungguh memprihatinkan. Aroma "politisasi agama" sangat kuat. Selain mengeksploitasi "sentimen agama", juga terdapat sentimen etnis, bahkan jenazah pendukung Ahok ikut menjadi "korban" terkait adanya gerakan menolak menyalatkan jenazah. Sangat sadis bukan?


Karena itu, belajar dari sadisnya Pilkada DKI Jakarta lalu, dalam Pilakada serentak tahun 2018 nanti, diharapkan tidak ada lagi yang melakukan "politisasi agama" atau melibatkan "pabrik" ujaran kebencian dan SARA. Sebab, Indonesia ini sangat beragam suku dan agamanya. Tentunya, kesatuan keragaman Indonesia bisa terancam bila setiap pilkada disertai dengan "politisasi agama" atau melibatkan "pabrik" uajran kebencian dan SARA.

Apa gunanya bisa memenangkan Pilkada bila prosesnya disertai dengan cara-cara yang melukai "Bhinneka Tunggal Ika"?  Bila ikut berkontestasi dalam Pilkada sebaiknya melakukan adu program dan jangan sampai menghalalkan segala cara, entah itu melakukan "politisasi agama" atau melibatkan "pabrik" uajran kebencian dan SARA. Apa kata Tuhan nanti bila untuk merebut kekuasaan dunia saja harus "menunggangi agama"?Akhir kata, selamat berdemokrasi bangsaku dan jangan sampai ada Pilkada yang sadis lagi. ( @SutBusiharto )