Ini Rahasia Konflik Rohingya: Tapi Kenapa Politisi Indonesia Ribut dan Sebarkan Hoax?


Pada 29 April 2017, Presiden Joko Widodo sudah bertemu Aung San Suu Kyi di Manila untuk membahas persoalan Rohingya. Tapi pada Agustus 2017, ternyata pecah konflik lagi di Rakhine State Myanmar. Kenapa sampai pecah konflik lagi?


Begini kronologinya 

Memanasnya konflik di Rakhine diawali adanya serangan dari kelompok militan Rohingya yang menamakan diri Arakan Rohingya Salvation Army (ARSA)  pada 25 Agustus 2017.  Mereka menyerang tentara, polisi, dan pos perbatasan Myanmar yang berada di Rakhine. Serangan ini menewaskan 72 orang yang terdiri dari, 59 militan dan 12 aparat keamanan. ( Duta Besar (Dubes) RI untuk Myanmar Ito Sumardi)

"Mereka membunuh beberapa polisi dan tentara, serta membakar beberapa mobil polisi, kemudian juga menyerang pemukiman penduduk yang mengakibatkan jatuhnya korban masyarakat tidak berdosa," tegas Duta Besar RI untuk Myanmar Ito Sumardi.

Pasca adanya serangan dari kelompok militan Rohingya itu, aparat keamanan Myanmar melakukan operasi pemulihan keamanan dan mendapatkan perlawanan yang kuat dari ARSA.


Apa Dampaknya?

Dunia internasional prihatin terkait meletusnya kekerasan yang menimpa Rohingya di Myanmar tersebut. Aksi kekerasan itu mengakibatkan terjadinya pengungsian besar-besaran etnis Rohingya.

Seperti ini rekasi para seniman karikatur dunia.



Direktur Eksekutif Human Rights Working Group (HRWG) Muhammad Hafiz, mengatakan, sejumlah lembaga internasional dan regional sudah berupaya untuk menghentikan kekerasan terhadap Rohingya di Myanmar. Namun upaya berbagai pihak itu gagal menghentikan kekerasan terhadap Rohingya. Kenapa gagal? Karena reformasi di Myanmar belum bisa berjalan baik dan militer masih mencengkeram kuat politik Myanmar.


Pada 24 Agustus 2017, Tim penasehat yang dibentuk Aung San Suu Kyi dan Kofi Annan Foundation sudah berupaya mengajukan rekomendasi untuk dijalan oleh pemerintah Myanmar. Isi rekomendasi antara lain terkait dengan diskriminasi, hak kewarganegaraan, maupun layanan publik, seperti kesehatan dan pendidikan bagi penduduk minoritas di negara bagian Rakhine.

Tapi respons militer kurang positif pasca adanya serangan dari kelompok militan ARSA pada 25 Agustus 2017. Sebaliknya militer Myanmar justru melakukan operasi pemulihan keamanan untuk melumpuhkan pasukan bersenjata yang menyerang terlebih dahulu.

Artinya, upaya perdamaian yang dilakukan berbagai lembaga internasional untuk mewujudkan perdamaian di Rakhine digagal sendiri oleh kelompok militan ARSA. Namun kalangan internasionl tetap berharap pada Indonesia untuk melakukan diplomasi dengan Myanmar. Karena itu, pada 3 September 2017, Presiden Joko Widodo mengutus Menteri Luar Negeri Retno Marsudi berangkat ke Myanmar.

Kenapa Politisi Indonesia Ribut Sendiri?
Anehnya, para politisi Indonesia malah ribut sendiri, berteriak-teriak dengan pernyataan provokatif. Bahkan ada mantan menteri yang sebarkan foto hoax. Ada juga yang menggiring opini pada sentimen SARA di Indonesia. Tapi mereka tidak tahu apa akar persoalan yang sedang dihadapi Myanmar. Tampaknya, ada politsi murahan yang mencoba memainkan memanfaatkan penderitaan kaun Rohingya dengan mengekploitasi isu yang mengarah pada sentimen SARA. Karena itu, jangan gampang percaya dengan pernyataan politisi yang provokatif bernuansa SARA.


Bila ingin memahami peliknya persoalan yang dihadapi Myanmar, lebih baik mencermati karya-karya karikatur pada seniman di berbagai negara berikut ini.

Seperti ini visualisasi peliknya konflik di Myanmar