Makam tanpa nisan di balik jatuhnya pesawat Dakota VT‑CLA 1947

0

Peristiwa jatuhnya pesawat Dakota VT‑CLA di Desa Jatingarang, Kelurahan Tamanan, Kecamatan Banguntapan, Bantul, akibat ditembak Belanda pada 29 Juli 1947, menjadi catatan penting dalam sejarah kemerdekaan Indonesia. Dalam peristiwa tersebut, putra terbaik bangsa gugur, yakni; Komodor Muda Udara Agustinus Adisutjipto, Komodor Muda Udara Prof Dr Abdulrachman Saleh dan Opsir Muda Udara I Adisumarmo. Korban tewas lain adalah teknisi berkebangsaan India, Bhida Ram dan Zainal Arifin seorang wakil perdagangan Republik Indonesia di Singapura.

Selain tokoh-tokoh tersebut, ada beberapa nama lain yang juga gugur tapi terlupakan. Mereka adalah pilot berkebangsaan Australia, Wing Commander Alexander Noel Constantine beserta istrinya, serta co pilot berkebangsaan Inggris Squadron Leader Roy Hazlehurst. Setelah hampir 70 tahun, jejak dan makam warga Australia yang ikut berjasa dalam sejarah Indonesia ini akhirnya terungkap.

Alexander Noel Constantine ternyata dimakamkan di TPU Sasanalaya atau Tjandilaya atau yang lebih dikenal dengan Makam Kerkoof yang berada di Jalan Ireda 4, Kota Yogyakarta. Lokasi makam terebut tepatnya berada di belakang atau sebelah Timur Purawisata.

Misteri letak pasti makam pilot dan co pilot pesawat Dakota VT‑CLA, Alexander Noel Constantine dan Roy Lance Hazlehurst bisa ditelusuri dari sejumlah dokumen berupa foto berwarna tahun 1966. Tribun Jogja memperoleh foto‑foto tersebut dari seorang peneliti Australia bernama Michael Kramer. Foto tersebut diperoleh Kramer dari Geoffrey Constantine, yang merupakan keponakan dari Alexander Constantine.


Investigasi Makam Constantine
Dalam upayanya menelusuri jejak Constantine, Michael Kramer sengaja menghubungi Tribun Jogja.
Hal tersebut lantaran pada medio September 2013, Tribun Jogja pernah melakukan investigasi terkait keberadaan makam dari Alexander Constantine dan Roy Hazlehurst ini.
Dari investigasi tersebut, diduga kuat makam Alexander Constantine dan Roy Hazlehurst berada di TPU tersebut.

Saat liputan khusus Tribun Jogja bisa digambarkan bahwa makam Constantine hanya berupa gundukan tanah yang dibawahnya pernah ditemukan lapisan beton.

Beton ini terungkap saat pihak makam membangun toilet. Meski sempat berdiri tepat di atas makam, toilet tersebut akhirnya digeser ke utara lantaran saat itu sudah muncul kecurigaan bahwa di bawah toilet yang dibangun adalah makam orang penting.

Meski toilet tersebut sudah digeser, namun tampaknya masih ada beberapa bagian beton yang posisinya masih berada di bawah bangunan toilet.
Sementara itu, kondisi makam tersebut juga tampak tak terawat. Di atas makam tersebut tampak hanya gundukan tanah dan bekas tempat membakar sampah.

"Geoff, keponakan Constantine pada 1966 pernah mengunjungi makam pamannya. Saat itu ia didampingi oleh Abdul Gani, korban selamat dari peristiwa jatuhnya pesawat. Geoff yang juga penerbang datang dari Austarlia dengan mengendarai pesawat," ujar Michael kepada Tribun Jogja.
Kremer kemudian mencoba mencocokkan foto yang ia miliki, sejumlah dokumen dari sejumlah pihak termasuk dari Michael Kramer plus data yang dimiliki Tribun Jogja.

Selanjutnya sejumlah dokumen tersebut akhirnya dicocokkan dengan penelusuran lapangan kembali dilakukan. Tribun Jogja bersama Michael Kramer mencoba mendatangi TPU Sasanalaya pada tengah pekan kemarin.

Juru kunci
Tiba di TPU, tim didampingi oleh juru kunci makam saat ini, yakni Heriyan yang menggantikan tugas ayahnya, Sumadi yang telah meninggal pada April 2015 lalu.Heriyan lantas mengantarkan tim ke lokasi makam pilot dan co pilot Dakota, letaknya tidak jauh dari pintu masuk TPU Sasanalaya. Di bawah pohon petai, ia menunjukan letak makam.

"Di sinilah lokasi makamnya," ujarnya menunjuk sebidang tanah yang tidak rata di bawah pohon pete dan di atasnya terdapat gundukan tanah dan digunakan untuk membakar daun dan ranting kering.
Sepintas sebidang tanah tersebut tidak terlihat bahwa di dalamnya terdapat makam bersejarah dan memiliki kaitan erat dengan sejarah TNI AU.

Tidak ada penanda di sana, bahkan beton penutup makam yang dulu pernah digali oleh Sumadi, kini sudah tidak terlihat dan butuh waktu untuk kembali menggalinya.
"Betonnya terkubur, cukup dalam, kira‑kira bisa sampai lima puluh sentimeter. Harus digali," ujar Heriyan.

Untuk kembali memastikan, Tribun Jogja menunjukkan kepada Heriyan, beberapa lembar foto.
Dua lembar foto berwarna saat keponakan Constantine berkunjung ke makam dan satu lembar foto hitam‑putih yang diduga kuat foto prosesi pemakaman dari warga negara asing yang gugur dalam upaya membantu perjuangan Indonesia ini.

Dokumen AU
Untuk foto hitam putih tersebut, Tribun Jogja mendapatkan dari arsip Penerangan dan Perpustakaan (Pentak) Lanud Adisutjipto, namun sayang tidak ada keterangan apapun yang menyertai foto itu.
Namun, foto tersebut satu album dengan foto‑foto prosesi evakuasi korban dan prosesi pemakaman korban.

Foto hitam putih tersebut merekam bagaimana sebuah prosesi pemakaman, dimana ada sebuah beton yang memiliki rongga di bawahnya yang diyakini sebagai tempat untuk memasukan peti jenazah.
Terlihat banyak orang berkerumun beberapa di antaranya memegang senjata. Sementara di foto lain yang diambil di tempat yang sama, nampak ada warga asing di depan lubang makam.

Heriyan mengatakan proses pemakaman seperti itu memang jamak dilakukan di pemakaman orang asing jaman dulu. Sehingga ia yakin betul itu dilakukan di makam Sasanalaya. Dan dari foto tersebut, Heriyan memperkirakan jenazah dimasukan dari sisi selatan.

Keyakinan semakin menguat, setelah dua foto berwarna milik Geoff diperlihatkan. Heriyan berani memastikan betul, makam Constantine yang dulu dikunjungi Geoff adalah yang berada di Sasanalaya.

Beberapa penanda yang ada di dalam foto tersebut masih bisa dilihat sampai sekarang.
Seperti beberapa nisan tua yang lebih dulu ada sebelum Alexander Constantine dan Roy Hazlehurst dimakamkan.

Nisan‑nisan tersebut berada di sekeliling makam Alexander Constantine dan Roy Hazlehurst yang di dalam foto berwarna tersebut makamnya hanya berupa hamparan beton.
"Ada empat jenazah yang dikebumikan disini, namun hanya tiga yang bisa kami temukan namanya di buku catatan pemakaman. Yakni Alexander Constantine, Hazlehurst, istri Constantine dan satunya adalah teknisi Bidha Ram, nama Bidha Ram saya cari tidak ada. Namun saya yakin dimakamkan dalam satu tempat," ujar Heriyan.

Tak terawat
Terkait dengan perawatan makam yang saat ini berada di blok E ini, dimana dulu bernama blok DD sama seperti dengan yang dicatat dalam buku pemakaman, menurut Heriyan sejak ditemukan oleh ayahnya beberapa tahun lalu, makam memang tidak pernah dirawat karena sebelumnya memang belum bisa dipastikan meski dugaan kuat sudah ada.
Makam semakin tertimbun tanah, dimana menurutnya diakibatkan oleh timbunan tanah galian makam.

Terkait dengan perhatian dari pihak berwajib.
Heriyan mengatakan sejauh ini tidak ada perhatian apapun. Pihak berwenang belum datang ke makam setelah ditemukan. Kondisi makam pun akhirnya semakin mengenaskan dan tidak bisa dikenali.

"Sejak digali (oleh ayahnya) tidak ada tindak lanjut," ujar pria berusia 35 tahun yang berdomisili di Jalan Imogiri ini.
Michael Kramer yang datang ke Indonesia ini memang membawa misi khsusus yakni untuk memastikan di mana letak makam pilot dan co pilot Dakota VT‑CLA.

Terlebih dia sudah diberi kuasa khusus oleh Geoffrey Constantine. Setelah melakukan penelusuran di lapangan bersama Tribun Jogja, ia yakin makam Alexander Constantine adalah berada di Sasanalaya.
"Bisa dipastikan makam tersebut adalah makam Constantine, dilihat dari foto‑foto Geoff dan foto yang dimiliki Tribun Jogja. Nanti saya akan melaporkan kepada keponakannya terkait apa yang kita temukan disini, semoga makam bisa direhabilitasi," jelasnya. (tribunjogja.com)
Tags:

Posting Komentar

0Komentar

Posting Komentar (0)