Sejarah Kereta Api Sumatra Barat

0
Jalur utama jaringan rel Sumatera Barat mulai aktif dioperasikan pada tahun 1891. Jalurnya antara lain di Padang (km 7 + 093), ke arah utara melalui Lubuk Alung (km 39 + 699), Kayu Tanam (km 60 + 038), Padang Panjang (km 75 + 361), dan Batu Tabal (km 93 + 873) ke Solok (km 127 + 956) (50 km dari Padang dalam garis lurus), membelok ke timur menuju Muara Kalaban (km 151 + 442) dan kemudian ke barat laut melalui sebuah terowongan untuk mencapai kota pertambangan batubara Sawahlunto (km 155 + 520). Jalur rel dibangun memutar cukup panjang karena melintasi areal pegunungan.


1. Pembuatan jalan kereta api dari Pulau Air sampai ke Padang Panjang 71 Km selesai dalam bulan Juli 1891
Jalur kereta menuju Pelabuhan Muaro Kota Padang. Foto: KITLV

2. Padang Panjang ke Bukittinggi 19 Km selesai pada bulan Nopember 1891

Jalur kereta lintas Padang Panjang-Bukittinggi

3. Padang Panjang - Solok 53 Km selesai pada 1 Juli 1892, di jalur ini terdapat jalur kereta api yang memakai gerigi (Petak antara Stasiun Padang Panjang - Stasiun Batutabal) seperti jalur kereta api di Ambarawa (Jambu - Gemawang).
Lok Uap E 10 menarik rangkaian batubara di Batu Tabal

4. Solok - Muaro Kalaban 23 Km dan Padang-Teluk Bayur 7 Km. Kedua jalur ini selesai pada tanggal yang sama yaitu 1 Oktober 1892.
Stasiun Silungkang diantara petak Solok - Muaro Kalaban


5. Jalur kereta api dari Muaro Kalaban-Sawahlunto dengan menembus sebuah bukit berbatu yang kemudian bernama Lubang Kalam sepanjang hampir 1 Km (835 Meter) selesai pada 1 januari 1894.
Dry Port di Ombilin

Jaringan rel KA di Ranah Minang akhir abad 18

  
6.     Jalur kereta api dari Lubuk Alung ke Pariaman selesai tahun 1908, selanjutnya Pariaman – Naras selesai pada bulan Januari 1911, Naras – Sungai Limau tahun 1917.
Stasiun Pariaman berada dekat dengan pantai. Foto:KITLV

7.     Payakumbuh ke Limbanang selesai Juni 1921
Stasiun Payakumbuh semasa era WSS. Foto: KITLV
8.     Muarokalaban – Muaro Sijunjung diselesaikan pada tahun 1924


Sejarah Awal Kereta Api Sumatra Barat
Sejarah pembangunan jalur kereta api di Sumatera Barat dimulai pada zaman penjajahan Belanda dengan pembangunan jalur Pulau Air ke Padang Panjang yang diresmikan pada 6 Juli 1887. Jalur kereta api itu diteruskan ke Bukittinggi sepanjang 90 kilometer dan dioperasikan mulai November 1891.

Jalur kereta itu dibangun guna mengangkut biji kopi hasil tanam paksa dari pedalaman Sumbar seperti Bukittinggi, Payakumbuh dan Pasaman ke Padang untuk kemudian diekspor ke Eropa.

Penemuan batu bara di Sawahlunto oleh W.H De Grave pada tahun 1871 makin memantapkan keinginan Belanda untuk mengembangkan jalur kereta api di Sumbar. Maka rel kereta api dari Padang Panjang menuju Muaro Kalaban sepanjang 56 kilometer pun dibangun dan selesai Oktober 1892. Jalur itu dilanjutkan menuju Sawahlunto pada 1896.

Selanjutnya dalam kurun waktu 22 tahun selesailah pembangunan jalan kereta api di Sumbar sepanjang 230 kilometer.

Maka dimulailah zaman kejayaan kereta api di Sumbar pada akhir abad 19 tersebut hingga pertengahan abad 20. Kereta api tidak hanya sebagai sarana pengangkut barang, tetapi juga transportasi massal.

Matinya Kereta Api Sumatra Barat
Kejayaan itu mulai mundur pada 1970-an sampai akhirnya sebagian jalur kereta dihentikan operasionalnya pada 1973 karena kalah bersaing dengan moda transportasi darat lainnya. Berkurangnya produksi batu bara pada tambang PT Bukit Asam Ombilin kemudian menyebabkan kereta api jurusan tersebut juga dihentikan operasinya pada 2003.

Praktis, jalur yang tertinggal hanya Padang-Pariaman yang difokuskan untuk wisata sehingga berangsur-angsur ingatan masyarakat Minang terhadap kereta api mulai pudar. Bagi sebagian orang hal itu tinggal sebatas mimpi. Sejarah penghias cerita di lapau-lapau (kedai) ditemani segelas kopi, ketan dan goreng pisang.

Lahan bekas rel kereta api menjadi semak belukar dan terbengkalai karena tidak digunakan selama bertahun-tahun. Lalu mulailah masyarakat mencoba memanfaatkan lahan di atas rel kereta api tersebut agar lebih berdayaguna. Sebagian ditimbuni tanah dan dijadikan kebun, sebagian jadi lokasi tambang liar galian C, sebagian didirikan rumah bahkan pada beberapa titik telah menjadi jalan protokol dan ruko mewah yang pembuatannya direstui pemerintah daerah.

PT Kereta Api Indonesia (KAI) kemudian memanfaatkan peluang itu untuk mendapatkan pemasukan dengan cara membuat sistem sewa lahan. Masyarakat yang menggunakan lahan bekas rel kereta api diharuskan membayar uang sewa pada PT KAI. Namun tetap menyisakan ruang untuk bisa menggunakan lahan itu sewaktu-waktu dengan membuat salah satu klausul kontraknya, penyewa lahan bersedia mengembalikan bila sewaktu-waktu dibutuhkan PT KAI.

Setelah hampir 40 tahun keadaan tersebut berjalan. Pemukiman mulai tumbuh seperti cendawan dimusim hujan di sepanjang jalur kereta api itu karena sewa lahan yang diterapkan memang tidak terlalu memberatkan masyarakat.

Pembangunan daerah di kabupaten dan kota pada beberapa kasus bahkan tidak lagi mempertimbangkan adanya jalur kereta api, karena transportasi termurah itu hanya tinggal sejarah. Di Payakumbuh misalnya jalan-jalan utama dibangun di atas lahan rel. Di jalur Padangpanjang-Bukittinggi stasiun berubah fungsi jadi kedai atau toko. Bahkan ada instansi pemerintahan yang menyewa di atas tanah rel itu.

Menghidupkan Kereta Api Lagi
Pada tahun 2010, PT Kereta Api Indonesia mulai berencana menghidupkan lagi jalur kereta api ini. Pemerintah pusat melalui Kementerian Perhubungan menyediakan anggaran sekitar Rp2,7 triliun untuk menunjang rencana tersebut. Pada awalnya, PT KAI mengaktifkan kembali jalur kereta api Lubuk Alung-Kayu Tanam untuk mengurai kepadatan lalu lintas di jalur tersebut. Perusahaan mengaktifkan kereta komuter KA Lembah Anai untuk mengisi jalur tersebut. Peluncuran perdana Kereta Api (KA) Lembah Anai dilakukan Dirjen Perkeretapian Kementerian Perhubungan Prasetyo Boeditjahjono, Selasa, 1 November 2016.



Daftar pengelola jasa layanan kereta api era Belanda sebelum berubah menjadi Djawatan Kereta Api., 

Pre-independence railway companies:
AT: Atjehtram
ASS: Staatsspoorwegen in Atjeh
BDSM: Babat-Djombang Stoomtram Mij
DSM: Deli Spoorweg Mij
JSM: Java Spoorweg Mij
KSM: Kediri Stoomtram Mij
MS: Malang Stoomtram Mij
MSM: Modjokerto Stoomtram Mij
MT: Madura Stoomtram Mij
NIS: Nederlandsch-Indische Spoorweg Mij
OJS: Oost-Java Stoomtram Mij
PbSM: Probolinggo Stoomtram Mij
PGSM: Poerwodadi-Goendih Stoomtram Mij
PsSM: Pasoeroean Stoomtram Mij
SS: Staatsspoorwegen
SCS: Semarang-Cheribon Stoomtram Mij
SDS: Serajoedal Stoomtram Mij
SJS: Samarang-Joana Stoomtram Mij
SSS: Staatsspoorweg ter Sumatra's Westkust
SV: Solo Valleiwerken
ZSS: Staatsspoorwegen in Zuid-Sumatra
Tags:

Posting Komentar

0Komentar

Posting Komentar (0)