Teror bom di tiga gereja di Surabaya dilakukan oleh satu keluarga, yakni bapak, istri, dan empat anak Keluarga ini beralamat di Jalan Wisma Indah Blok K 22, Wonorejo, Surabaya. Si bapak bernama Dita Suprianto (DU) dan istri bernama Puji Kuswati (PK). Keempat anak terdiri dari Fadila Sari (12), Famela Rizkita (9), Yusuf Fadhil (18), dan Firman Halim (16). Selama tinggal di Wisma Indah, keluarga Dita Suprianto sehari-hari setengah tertutup.
Pembagian Peran dan Proses Pengeboman
Enam orang dalam satu keluarga ini diduga telah berbagi peran. Dita Suprianto melakukan pengeboman di Gereja Pantekosta Pusat Surabaya. Puji bersama Famela dan Fadila mengebom di Gereja Kristen Indonesia Diponegoro (GKI Diponegoro). SedangYusuf dan Firman melakukan pengeboman di Gereja Katolik Santa Maria Tak Bercela, Ngagel.
Proses pengeboman menggunakan kendaraan sebuah mobil dan sepeda motor. Dita Suprianto bernama istri (Puji Kuswati) dan dua anaknya (Fadila Sari dan Famela Rizkita), berangkat menggunakan Toyota Avanza yang telah dipasang bom. Sopirnya adalah Dita Uprianto. Sementara itu, dua anak laki-laki Yusuf Fadhil (18), dan Firman Halim (16) berangkat sendiri menggunakan sepeda motor.
Awalnya, Dita Suprianto yang mengendarai Toyota Avanza menurunkan (mendrop) istri dan dua anak perempuannya FS (12) dan VR di gereja di GKI jalan Diponegoro. Kemudian Dita Suprianto membawa mobil diduga berisi bom menuju Gereja Pantekosta. Tak lama kemudian mereka meledakkan bom di lokasi masing-masing. Sementara itu, dua anak laki-laki lainnya, Yusuf Fadhil (18), dan Firman Halim (16), meledakkan bom di Gereja Santa Maria.
Pelaku Bom Bunuh Diri Tertutup
Kunjung (45) tetangga pelaku bom bunuh diri menyebutkan, selama tinggal di Wisma Indah, keluarga Dita Suprianto sehari-hari setengah tertutup. Jika bertemu tetangga, mereka kerap menyapa. Tapi untuk urusan pekerjaan dan kehidupan pribadi, mereka tidak pernah menceritakan.
Kunjung hanya melihat bahwa perempuan di keluarga itu sehari-hari memang biasa bercadar. "Jika keluar rumah atau bebergian, mereka biasanya bercadar. Tapi jika bertemua, mereka menyapa. Mereka sudah lama juga di sini. Sekitar 3 tahun. Setahu saya, itu rumah milik sendiri, bukan warga kontrak," kata Kunjung seperti dilansir beritajatim.com, Minggu (13/5/2018).
Ditambahkannya, tadi pagi, keluarga ini terlihat melakukan salat subuh di musala perumahan. "Kita juga tidak menyangka, siangnya ternyata mendapat kabar kalau keluarga itu pelaku bom gereja," tuturnya.
Namun sehari sebelumnya, diakui oleh Kunjung, keluarga Dita menerima beberapa tamu yang bercadar. "Sekitar jam 1 malam datangnya. Rata-rata bercadar. Kita tidak tahu apa yang dilakukan di rumah itu," katanya.
Pada Minggu malam, Kunjung berserta warga lain kaget karena banyak polisi yang datang. Mereka menggeledah rumah Dita. Sekeliling rumah juga diberi police line.