Menengok Tionghoa di Indonesia Tempo Doeloe (1)

Perayaan Tahun Baru Imlek 2565 yang dimulai 31 Januari 2014 sudah diakhiri Sabtu lalu (15 Februari 2014) dengan prosesi Cap Go Meh sebagai pamungkas. Aneka ritual dan simbul khas Tionghoa pun sudah diturunkan. Begitulah cara orang Tionghoa tiap kali menyambut pergantian kalender baru sejak ribuan tahun lalu.

Kalau dibadingkan dengan kalender Masehi, penanggalan orang Tionghoa terbilang jauh lebih tua. Ketika kalender Masehi baru mencapai angka 2014, kalender Tionghoa (penggabungan kalender bulan dan kalender matahari) sudah mencapai 2565. Kalender orang Islam (Hijriah) jauh lebih muda lagi karena pada Lebaran tahun 2014 ini baru memasuki tahun 1435 Hijriah. Dengan kata lain, peradaban orang Tionghoa memang jauh tua. Tak aneh jika dalam ajaran Islam ada petuah (berdasar Hadist): “Tuntutlah ilmu walaupun sampai ke negeri China.”

Jika bicara mengenai keberadaan orang Tionghoa di Indonesia, setidaknya juga akan banyak membuka lembaran buku sejarah yang isinya memang cukup dinamis. Yang jelas, sebelum orang Eropa melakukan penjajahan di Indonesia, orang Tionghoa sudah datang lebih dulu ke Indonesia. Setidaknya hal itu sudah sering dijelaskan dalam buku-buku sejarah yang mengupas tentang awal mula kedatangan orang Tionghoa ke Indonesia. Namun tulisan ini tak akan membahas hal itu. 

Yang perlu dipahami, pada awalnya, kedatanagn orang Tionghoa ke Indonesia adalah untuk kepentingan dagang. Namun munculnya pergolakan politik terkait kedatangan orang Eropa yang ingin melakukan penjajahan di Indonesia, akhirnya menimbulkan friksi dan konflik yang melibatkan penduduk Indonesia, Tionghoa dan Belanda. Orang Indonesia sendiri (termasuk raja) malah ada yang pilih membantu Belanda. Walau di antara orang Tionghoa dijadikan "partner" Belanda, namun tidak sedikit juga orang Tionghoa yang bersatu dengan penduduk Indonesia untuk melawan Belanda. 

Dalam buku Daradjadi yang berjudul "Geger Pacinan 1740-1743: Persekutuan Tionghoa-Jawa Melawan VOC" setidaknya telah mengungkapkan bahwa etnis Tionghoa  juga ikut perang melawan Belanda dengan bersekutu bersawa penduduk Jawa. Mereka juga ikut mengangkat seorang Raja Mataram bergelar Sunan Amangkurat V atau dikenal sebagai Sunan Kuning berdasar dukungan laskar Tionghoa.

Nah, seperti apakah potret orang Tionghoa di Indonesia tempo doeloe? Dalam ruang yang sempit ini, ada baiknya kalau sejarah keberadaan orang Tionghoa ke Indonesia tersebut dilihat dalam bahasa gambar. Ada sejumlah gambar yang digali penulis dari berbagai sumber. Seperti ini isinya:

 Geger Pacinan 1740-1743: 


Het uitmoorden van de Chinese bevolking van Batavia op 9 oktober 1740 - Tropenmusem


  A drawing of the 1740 Batavia massacre [ taken from (1895) Atlas van Stolk ]



Moord op de Chinezen te Batavia, 1740, attributed to Simon Fokke [ 1740 - 1784 ] - rijksmuseum.nl